China Harapkan Solusi Damai
Kapal-kapal patroli perikanan dan kapal pengintai China serta satu kapal patroli Penjaga Pantai Jepang (kanan), berlayar sekitar 15 kilometer barat Kepulauan Diaoyu atau Senkaku di Laut China Timur, kemarin. Konflik dua negara ini memperebutkan kepulauan tak berpenghuni di Laut China Timur.
BEIJING – China menyatakan
keinginan menyelesaikan masalah Kepulauan Diaoyu secara damai dengan
Jepang. Namun, Beijing juga memperingatkan langkah-langkah lainnya.
Menteri
Pertahanan (menhan) China Liang Guanglie menegaskan hal itu saat
bertemu Menhan Amerika Serikat (AS) Leon Panetta di Beijing kemarin.
“
Kami sangat memperhatikan perkembangan isu Kepulauan Diaoyu dan kami
mempersiapkan untuk aksi-aksi selanjutnya. Kami berharap isu tersebut
dapat diselesaikan secara damai dan negosiasi,” tegasnya,dikutip kantor
berita Xinhua. Liang menegaskan bahwa Kepulauan Diaoyu merupakan wilayah
China sesuai bukti sejarah dan hukum.Liang menuding Jepang memperkeruh
sengketa maritim di Kepulauan Diaoyu dengan rencana pemerintah Tokyo
membeli kepulauan itu. “Pemerintah dan rakyat China menentang
nasionalisasi Diaoyu dan langkah itu dianggap ilegal,” ungkap Liang.
Warga
China menyebut kepulauan itu Diaoyu sedangkan di Jepang kepulauan itu
disebut Senkaku. Adapun Panetta memperingatkan bahwa konflik ini
berpotensi memperburuk stabilitas keamanan di kawasan. Dia meminta kedua
pihak menahan diri. Kunjungan Panetta ke Beijing dilakukan untuk
meredam ketegangan dalam konflik antara China dan Jepang.AS memiliki
kepentingan besar untuk menjaga stabilitas di kawasan Asia dan dua
raksasa ekonomi dunia itu. Panetta tampaknya memberikan jaminan pada
Jepang bahwa sekutu AS di Asia dalam posisi aman.
“Kita meminta
semua pihak tetap tenang dan menahan diri. Tidak ada kepentingan negara
mana pun yang menginginkan situasi ini menjadi konflik,” ujar Panetta.
Dia mengutarakan bahwa mewujudkan perdamaian dan stabilitas sangat
penting. Sementara itu,ribuan orang menggelar unjuk rasa anti- Jepang di
China,kemarin, bertepatan dengan peringatan “Insiden Mukden” yang
berawal 18 September 1931, saat tentara Jepang meledakkan rel kereta di
Manchuria dan menuduh pemberontak sebagai pelakunya.
Pengunjuk
rasa di luar gedung Kedutaan Besar (kedubes) Jepang meneriakkan yelyel
mengecam Negeri Sakura dan melempari gedung itu dengan botol plastik.
“Usir Jepang,” tulis salah satu spanduk ribuan demonstran. Polisi
antihuru-hara berjaga saat para demonstran berkumpul di luar gedung
Kedubes Jepang di Beijing.“Hari ini merupakan hari yang memalukan. Saat
ini, Jepang menginvasi China,”kata Wei Libing, salah satu demonstran.
Selain di Beijing, aksi serupa juga digelar di depan Konsulat AS di
Shanghai. Demonstran membawa spanduk, bendera, dan foto Mao Zedong.
“Jika
kita masih memiliki Mao, kita bakal berperang dengan Jepang,” kata Pu
Lingkuang, 34,demonstran yang membawa poster Mao. Sementara itu, Pasukan
Penjaga Pantai Jepang kemarin melaporkan 11 kapal milik otoritas China
berada di sekitar wilayah perairan sengketa. Namun, tidak ada satu pun
kapal-kapal itu yang memasuki kawasan itu.Semua kapal itu berada di zona
maritim internasional. Aksi China itu dilakukan setelah dua aktivis
Jepang berenang ke pulau Uotsurijima, salah satu dari Kepulauan Senkaku
atau Diaoyu.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Osamu Fujimura
memaparkan bahwa dua warga Jepang tiba di Pulau Uotsurijima pada pukul
09:30 waktu setempat. “Pasukan penjaga pantai menyatakan mereka telah
pergi,” katanya. Jiji Press mengutip polisi di Okinawa yang menyatakan
bahwa dua orang itu berasal dari Pulau Kyushu,Jepang.Mereka tiba di
Uotsurijima dengan sebuah perahu kecil dan berenang ke pulau tersebut.
Aksi yang dilakukan dua warga Jepang itu memicu kecaman China.
“Aksi
aktivis sayap kanan Jepang di Pulau Diaoyu yang menjadi wilayah China
merupakan langkah provokatif. Itu dianggap sebagai pelanggaran
kedaulatan teritorial China,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri
China Hong Lei. Pendaratan dua warga Jepang ini merupakan insiden
keempat yang dilakukan warga Negeri Sakura tahun ini. Insiden terbaru
ini terjadi beberapa pekan setelah tujuh aktivis pro-Beijing mendarat di
pulau yang sama. Penjaga pantai Jepang juga menyatakan pihaknya
memperingatkan sebuah kapal nelayan yang berada 42 kilometer dari
Uotsurijima pada pukul 7.00 waktu setempat.
Kapal China itu
kemudian mendekat ke pulau lainnya, Kubajima, yang merupakan bagian dari
Senkaku.“Kapal-kapal patroli kami memperingatkan kapal China agar tidak
masuk wilayah perairan negara kami dengan radio atau cara lainnya,”
papar pernyataan penjaga pantai Jepang. Kapal China itu balas menyatakan
pada kapal-kapal Jepang bahwa mereka melakukan aktivitas yang sah
karena kepulauan itu merupakan wilayah China.
Selain Jepang dan
China, Taiwan juga ikut mengklaim kepulauan sengketa itu. Lin Chi Shan,
seorang politikus Taiwan, kemarin mengatakan sekelompok nelayan
berencana berlayar ke kepulauan itu pekan ini. “Sebanyak 60 kapal
nelayan menuju ke pulau itu pada Sabtu (22/9) mendatang dari Pelabuhan
Ilan,”kata Lin. ●andika hendra m
0 komentar: